Minggu, 13 Juni 2010

motorik

TUGAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN

MOTORIK ANAK USIA DINI

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:

HABIBA

20814052

KELAS IIIC

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KENDARI

2009

PENGANTAR

Usia dini adalah usia 0-8 tahun yang merupakan usia pada masa keemasan seorang anak. Pada masa ini segala potensi pada usia ini harus dikembangkan secara menyeluruh dari segi kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan fisik motorik. Sehubungan dengan potensinya dalam perkembangan fisik motorik, anak usia dini memiliki energi yang tinggi. Energi ini dibutuhkan untuk melakukan berbagai kegiatan yang diperlukan dalam meningkatkan keterampilan fisik, baik yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan motorik kasar maupun motorik halus. Kegiatan fisik dan pelepasan energi dalam jumlah besar merupakan karakteristik aktivitas anak pada masa ini. Hal itu disebabkan oleh energi yang dimiliki anak dalam jumlah yang besar tersebut fisik yang berkaitan dengan gerakan motorik kasar maupun gerakan motorik halus.

Pada bahan ajar ini akan disajikan tentang pengertian perkembangan motorik, prinsip-prinsip perkembangan motorik, kategori fungsi keterampilan motorik, metode-metode mengajarkan keterampilan motorik AUD, evaluasi keterampilan motorik AUD, sarana dan prasarana yang dapat digunakan dalam keterampilan motorik AUD, dan pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat merancang kegiatan anak usia dini yang mengembangkan keterampilan motoriknya.

Materi yang dituangkan bahan ajar ini diharapkan dapat dijadikan dasar pegangan bagi pendidik, guru serta lingkungan terkait yang melibatkan peserta didik pada anak usia dini guna mengembangkan keterampilan motorik, sehingga anak dapat menyelesaikan tugas motoriknya dengan baik. Hal lain juga diharapkan anak dapat menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu tidak hanya bagi anak tetapi juga untuk pendidik, guru dan orang tua nantinya.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3

C. Manfaat......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Evaluasi.................................................... 4

B. Prinsip-prinsip Evaluasi................................................................. 6

C. Instrumen Evaluasi........................................................................ 11

BAB III PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pelayanan yang ditujukan kepada anak-anak sejak usia dini yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap berikutnya. Oleh karena itu masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting, para ahli menyebutkan masa ini sebagai masa keemasan (golden age). Secara alamiah perkembangan anak satu dengan lainnya berbeda-beda baik kemampuan intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi dan kepribadiannya, karena adanya perbedaan bawaan, lingkungan dan pendidikan. Kemampuan dasar anak perlu disiapkan sejak dini, jauh sebelum anak mengenal dunia persekolahan.

Maka peranan tenaga pendidik PAUD sangat dominan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal terutama dimasa anak berusia dini yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Tenaga pendidikn merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Karena itu tenaga pendidik harus memiliki kemampuan mendidik agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak usia dini.

Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Regional 1 mempunyai tugas membuat pedoman/model pengembangan pembelajaran atau pun model penyelenggaraan. Kemudian model-model ini diujicobakan. Salah satunya adalah model kursus tenaga pendidik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Sasaran di model ini adalah masyarakat yang memiliki kemampuan dan bakat untuk menjadi Pendidik PAUD.

Model ini diujicobakan kepada masyarakat + 30 orang yang akan mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh penyelenggara dengan melalui kursus yang diajarkan oleh tenaga-tenaga fasilitator yang telah berkompetensi di PAUD. Program yang disusun berdasarkan tahap tumbuh kembang anak dan kompetensi profesionalisme Pendidik PAUD antara lain, filosofi dan prinsip PUAD; perkembangan anak usia dini; metode bermain dan belajar; media pembelajaran anak usia dini; kurikulum anak usia dini/perancanganpembelajaran anak usia dini; pembelajaran BCCT; teknik evaluasi pembelajaran bagi anak usia dini; teknik komunikasi anak usiadini; olehraga anak usia dini; gerak dan lagu; managemen penyelenggaraan PAUD; dan micro teaching.

Untuk memberikan pengalaman dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik PAUD, seluruh peserta didik yang mengikuti kursus ini dimagangkan pada lembaga-lembaga penyelenggara PAUD yang menjadi mitra penyelenggara kursus pendidik paud. Kegiatan magang ini dilaksanakan agar calon–calon pendidik PAUD dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kegiatan kursus tersebut.

Masa depan suatu masyarakat tergantung dari kemampuannya dalam merawat dan mengasuh serta menangani kesehatan generasi berikutnya. Anak anak pada masa kini akan menjadi anggota masyarakat, pekerja, dan orang tua untuk masa yang akan datang.

Bila kita gagal dalam memberi atau menentukan kebutuhan yang diperlukan untuk membangun fondasi yang kuat dalam segi kesehatan kehidupan yang produktif, akan beresiko untuk keadaan dan keamanan dimasa depan.

Pemahaman akan pentingnya penanganan pada anak usia dini berkembang berdasarkan atas 2 hal, yaitu: (i) Berdasarkan penelitian neurobiology pada proses pembentukan arsitektur otak dimana terdapat interaksi antara genetic dan pengalaman dasar. Sementara itu disadari bahwa untuk menghadapi persaingan dalam proses ekonomi global yang sangat kompetitif, dibutuhkan tenaga kerja yang sangat terampil dan populasi dewasa yang sehat. (ii) Penanganan pada usia dini melibatkan masyarakat, termasuk keluarga dan pengambil keputusan, baik dalam bidang formal maupun informal.

Setiap anak merupakan individu yang unik dan perkembangan yang terjadi mengikuti pola tertentu, dengan kecepatan yang berbeda antar individu tersebut dan dari waktu kewaktu. Perkembangan ini dipengaruhi banyak factor antara lain keadaan saat dalam kandungan,lahir, dan sesudah dilahirkan (termasuk stress yang dihadapi).

Pemahaman dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan mengenai anak usia dini dan perkembangan otak pada usia dini akan menghasilkan kebijakan program penanganan anak usia dini yang berefek pada kehidupan anak yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masaqlah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan tujuan evaluasi dalam anak usia dini ?

2. Bagaimana prinsip evaluasi dalam anak usia dini ?

3. Bagimana Instrumen evaluasi dalam anak usia dini ?

C. Manfaat

Manfaat yang di dapatkan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengertian dan tujuan evaluasi dalam anak usia dini ?

2. Dapat mengetahui prinsip evaluasi dalam anak usia dini ?

3. Dapat mengetahui Instrumen evaluasi dalam anak usia dini ?


BAB II

PEMBAHASAN

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN

MOTORIK ANAK USIA DINI

A. Pengertian dan Tujuan Evaluasi

1. Pengertian

Menurut Gayle (1996) evaluasi adalah suatu cara menemukan bagaimana proses pembelajaran dapat memberikan tanda-tanda pencapaian kemampuan dan tahapan pada anak atau adakah proses pembelajaran lain yang dapat mempengaruhi terhadap anak. Jadi evaluasi inisangat diperlukan untuk mengukur sampai sejauhmana proses pembinaan atau pengembangan keterampilan motorik yang diberikan guru, orang tua, pembimbing atau pamong ini berdampak terhadap perubahan anak tersebut.

Evaluasi merupakan proses memperoleh, menggambarkan dan menyajikan informasi yang berguna untuk memberikan penilaian pada alternatif keputusan. Kaufman dan Thomas (1980) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk membantu keberadaan seseorang atau alat tertentu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya karena adanya situasi perbaikan. Pendapat tersebut memuat pengertian bahwa evaluasi akan memberikan data masukan yang dapat dijadikan dasar perbaikan dari kondisi yang sudah ada.

Terdapat berbagai pengertian tentang evaluasi dalam dunia pendidikan sebagaimana yang disampaikan oleh para ahli pendidikan. Pengertian-pengertian tersebut tidak sama tetapi saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu sulit untuk menentukan pengertian mana yang dapat dijadikan sebagai patokan tentang evaluasi dalam pendidikan.

Sukmadinata (1999) mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu proses sistematis guna mendapatkan bukti-bukti yang jelas tentang efektifitas dari kegiatan pendidikan. Selanjutnya, dikemukakan bahwa evaluasi itu dapat dilakukan pada saat pelaksanaan program berlangsung dan di akhir pelaksanaan program. Evaluasi yang dilakukan pada saat program berlangsung bertujuan untuk melihat tercapainya tujuan pembelajaran atau efektifitas program yang telah ditetapkan sampai titik waktu yang ditentukan. Sedangkan evaluasi yang dilakukan diakhir program bertujuan untuk menentukan tingkat prestasi dari hasil belajar peserta didik secara keseluruhan.

Di samping itu, terdapat pula pendapat yang menyatakan bahwa evaluasi pendidikan memuat pengertian adanya usaha membandingkan dengan kriteria-kriteria tertentu sehingga akan diperoleh peringkat-peringkat, seperti baik, cukup, kurang, lulus dan gagal. Sebagaimana pernyataan dari Popham (1973) yang menyebutkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang mengacu pada upaya penggolongan atau pengklasifikasian peserta didik berdasarkan peringkat kemampuan mereka.

Bedasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan merupakan suatu prosedur sistematis yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk melihat berhasilan atau tidaknya tujuan program pendidikan.

2. Tujuan

Evaluasi memiliki tujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh anak, tetapi makna ini diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka). Apabila angka yang muncul dalam penilaian akan berdampak psikologis yang dapat membuat anak tidak menyukai perlakuan yang diberikan oleh orang tuanya atau gurunya. Hal yang perlu diperlukan dalam melakukan evaluasi adalah proses dan hasil. Proses artinya kegiatan yang berhubungan dengan upaya interaksi anak dengan guru, orang tua atau lingkungannya. Sedangkan hasil adalah sesuatu yang dicapai setelah proses pembelajaran berakhir.

Evaluasi dalam pendidikan bertujuan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan. Dari segi pendapat para ahli pendidkan dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi dalam pendidikan adalah sebagai berikut: a) untuk mengetahui sejauhmana materi yang sudah diajarkan dapat dikuasai oleh peserta didik, b) untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas pengajaran yang digunakan, c) untuk mengetahui kesesuaian dari kemajuan prestasi peserta didik dengan program yang telah ditetapkan, d) untuk mengetahui kebermanfaatan dari materi pelajaran yang diberikan, e) sebagai dasar sertifikasi atau pemberian tanda kelulusan bagi peserta didik (Masidjo, 1995)

Di samping itu Masidjo (1995), mengemukakan fungsi evaluasi adalah untuk membantu pendidik dalam hal berikut: a) penempatan peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya, b) perbaikan metode pengajaran, c) mengetahui kesiapan peserta didik (sikap, mental dan material), d) memberikan bimbingan dan seleksi dalam rangka menentukan peringkat.

Sementara itu dilaksanakannya evaluasi pada kegiatan pembelajaran program life skills adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik program life skills sehingga penyelenggara/nara sumber dapat membuat kesimpulan dalam menentukan sejauh mana kemampuan peserta didik dalam menguasai keterampilan yang telah dilatih dan juga untuk mengetahui kecakapan personal, kecakapan sosial dan kecakapan akademik peserta didik. Hal ini sesuai dengan konsep dari pendidikan kecakapan hidup (Ditjen PLSP: 2005) yang mengungkapkan bahwa konsep dari pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan hidup dan kehidupannya secara tepat guna dan berdaya guna. Untuk itu seseorang dalam kehidupan sehari–hari dituntut untuk memiliki secara sekaligus 4 (empat) jenis kecakapan yaitu kecakapan pribadi (personal skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (akademik skill) dan kecakapan vokasional (vocational skill). Lebih lanjut, tujuan dari evaluasi hasil belajar pada program life skills adalah untuk mengetahui apakah peserta didik dapat bekerja/berusaha secara mandiri atau berkelompok sesuai dengan tujuan dari penyelenggaraan program life skills yaitu peserta didik dapat bekerja/berusaha secara mandiri atau berkelompok.

B. Prinsip-prinsip Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan untuk anak. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi anak usia dini, yaitu :

1. Menyeluruh, artinya tidak dilakukan secara terpisah dengan proses pembelajaran. Mengingat evaluasi tersebut lebih banyak menilai proses perilaku anak dan hasil perbuatan anak yang pada umumnya tidak dapat dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil test).

2. Berkesinambungan, artinya harus dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperolah betul-betul-betul berasal dari gambaran perkembangan proses pembelajaran motorik pada anak usia dini.

3. Berorientasi pada tujuan, artinya dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan yang telah ditetapkan. Guru, orang tua, atau pembina dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud dalam perilaku dan kemampuan tersebut.

4. Obyektif, artinya penilaian dilakukan sesuia dengan kriteria yang telah ditetapkan. Prasangka, keinginan, serta perasaan tertentu tidak bolah mempengaruhi penilaian yang dilakukan.

5. Mendidik, artinya penilaian dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan perkembangannya.

6. Kebermaknaan, artinya hasil penilaian harus memiliki arti, baik bagi orang tua, guru, pembina, maupun anak itu sendiri atau pihak lain yang memerlukannya.


Karena anak belajar banyak melalui interaksi, maka desain kurikulum harus menempatkan mereka untuk mengalami banyak interaksi dengan anak lainnya dan tugas belajar bersama. Bentuk kegiatan belajar mengajar yang bisa dilakukan di antaranya:
1. konsep pembelajar mandiri (learner autonomy)

2. belajar kelompok (cooperative learning).

Lingkungan belajar anak menjadi zona perkembangan terdekat (Zone of Proximal Development/ZPD) yang menghadirkan sebanyak mungkin kesempatan untuk mempelajari sesuatu, baik itu melalui orang-orang di sekitar anak maupun alat pelajaran dan sumber belajar. Guru hanya sebagai mediator, selanjutnya siswa/anak usia dini secara sendiri atau kelompok aktif untuk memecahkan persoalan yang diberikan guru sehingga mereka dapat membangun pengetahuan.

Instruksi pembelajaran yang tepat dari orang dewasa dapat membuat anak menunjukkan keberhasilan terhadap tugas yang belum mampu diselesaikan sendiri. Disini orang dewasa secara terus-menerus mengevaluasi level bantuan yang diberikan kepada anak dengan mempertimbangkan tingkat kemajuan hasil belajar anak, sehingga dapat terbentuk mengajar-belajar yang efektif. Dengan memberikan “takaran”scaffolding yang tepat,hasil belajar anak akan segera terlihat bahkan anak memperoleh keterampilan-keterampilan yang menetap yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah kelak.

Proses assessment/penilaian juga berpengaruh yaitu dengan melihat zona perkembangan terdekat (Zone of Proximal Development/ZPD). Bila anak dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan ini disebut tingkat perkembangan riil (level of actual development), sementara bila anak dapat melakukan sesuatu dengan bantuan maka hal ini disebut tingkat perkembangan yang potensial (level of potential development). Dua orang anak dapat saja memiliki tingkat perkembangan riil yang sama; tetapi dengan bantuan yang tepat dari orang dewasa, anak yang satu dapat melakukan penyelesaian terhadap masalah yang lebih rumit dan lebih baik daripada yang lainnya. Metode penilaian harus dapat menangkap kedua tingkat perkembangan yang dimiliki tiap anak; yaitu tingkat perkembangaan riil dan tingkat perkembangan potensial. Instruksi pembelajaran yang tepat dari orang dewasa/guru dapat membuat anak menunjukkan keberhasilan terhadap tugas yang belum mampu diselesaikan sendiri.

Akhirnya, pada pendidikan anak usia dini terjadi pergeseran dari “teacher centered”menjadi “student centered”yang mewujud dalam pemberian scaffold tepat waktu ketika dibutuhkan oleh anak; juga tepat waktu untuk ditarik kembali. Dengan demikian prinsip-prinsip konstruktivisme yang banyak diambil antara lain:
(1) Pengetahuan dibangun oleh anak usia dini secara aktif;

(2) Tekanan proses belajar mengajar terletak pada anak usia dini;

(3) Mengajar adalah membantu anak usia dini belajar;

(4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil belajar;

(5) Kurikulum menekankan pada partisipasi anak usia dini;

(6) Guru adalah fasilitator.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/ pembelajaran pada pendidikan anak usia dini meliputi:

1. Berorientasi pada Perkembangan Anak

Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.


2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.


3. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

4. Stimulasi Terpadu

Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.
5. Lingkungan Kondusif

Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan tempat bermain ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
6. Menggunakan Pendekatan Tematik

Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.

7. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.


8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar

Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.
9. Mengembangkan Kecakapan Hidup

Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.

10. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar.

C. Instrumen Evaluasi

Evaluasi yang diberikan untuk anak usia dini bersifat sensitif, maka evaluator harus berhati-hati baik dalam menentukan instrumen evaluasi maupun interprestasinya. Instrumen evaluasi pengambangan keterampilan motorik anak usia dini harus dikembangkan atas dasar kemungkinan keterampilan gerak yang mesti dicapai anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, yaitu:

    1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) digunakan untuk merekam proses dan hasil sari suatu aktivitas sehari-hari anak usia dini baik dirumah, tamn penitipan, kelompok bermain maupun taman kanak-kanak berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilakunya. Pengamtan ini dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam merencanakan suatu program dan pengamatan harus menjadi aspek perencanaan integral sebagai seorang pendidik.

    1. Catatan Anekdot

Pencatatan anekdot atau ”anecdotal record” merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi-situasi tertentu yang bersifat khusus. Pencatatan anekdot merupakan sumber informasi yang kaya karena :

a. dapat digunakan untuk menambah data dalam memberikan penilaian atau kebijakan yang dapat diambil berdasarkan catatan tentang peristiwa khusus yang terjadi secara periodik dialami oleh anak.

b. Dapat diketahui suatu penyakit yang dialami oleh anak dan membutuhkan penanganan khusus.

c. Dapat digunakan pendidik untuk menceritakan secara kronoligis peristiwa atau kejadia penting yang dialami oleh anak di sekolah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Gayle (1996) evaluasi adalah suatu cara menemukan bagaimana proses pembelajaran dapat memberikan tanda-tanda pencapaian kemampuan dan tahapan pada anak

Evaluasi memiliki tujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh anak, tetapi makna ini diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka). Apabila angka yang muncul dalam penilaian akan berdampak psikologis yang dapat membuat anak tidak menyukai perlakuan yang diberikan oleh orang tuanya atau gurunya.

Pelaksanaan evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan untuk anak. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi anak usia dini, yaitu :

1. Menyeluruh, artinya tidak dilakukan secara terpisah dengan proses pembelajaran. Mengingat evaluasi tersebut lebih banyak menilai proses perilaku anak dan hasil perbuatan anak yang pada umumnya tidak dapat dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil test).

2. Berkesinambungan, artinya harus dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperolah betul-betul-betul berasal dari gambaran perkembangan proses pembelajaran motorik pada anak usia dini.

3. Berorientasi pada tujuan, artinya dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan yang telah ditetapkan. Guru, orang tua, atau pembina dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud dalam perilaku dan kemampuan tersebut.

4. Obyektif, artinya penilaian dilakukan sesuia dengan kriteria yang telah ditetapkan. Prasangka, keinginan, serta perasaan tertentu tidak bolah mempengaruhi penilaian yang dilakukan.

5. Mendidik, artinya penilaian dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan perkembangannya.

6. Kebermaknaan, artinya hasil penilaian harus memiliki arti, baik bagi orang tua, guru, pembina, maupun anak itu sendiri atau pihak lain yang memerlukannya.

Evaluasi yang diberikan untuk anak usia dini bersifat sensitif, maka evaluator harus berhati-hati baik dalam menentukan instrumen evaluasi maupun interprestasinya. Instrumen evaluasi pengambangan keterampilan motorik anak usia dini harus dikembangkan atas dasar kemungkinan keterampilan gerak yang mesti dicapai anak sesuai dengan tingkat perkembangannya


DAFTAR PUSTAKA

1. penelitiantindakankelas.blogspot.com/.../pengaruh-scaffolding-dalam-pendidikan.html

2. infopendidikankita.blogspot.com/.../prinsip-pembelajaran-pada-pendidikan.html –

3. orumpaudkabupatenbekasi.blog.dada.net/.../KERANGKA+DASAR+KURIKULUM+PENDIDIKAN+ANAK+USIA+DINI

4. www.sekolahrumah.com/index.php?option=com...task...

5. National Scientific Council on Developing Child. The Science of Early childhood development. Closing the gap between what we know and what we do: center on the developing child. Harvard University 2007.

6. Kyla Boyse. Developmental Milestones.

7. http://www.med.umich.edu/llibr/yourchild/devmile.htm; download November 2008

8. Effective Practice: Child Development., download November 2008

9. diknassulsel.org/index.php?option=com_content

Tidak ada komentar:

Posting Komentar