Minggu, 15 Januari 2012

Tugas Bahasa Indonesia

KESALAHAN PENULISAN DIKSI, KALIMAT, KATA, DAN PARAGRAF

Oleh :

RAMLA

NIM : 11010103004

JURUSAN TARBIYAH KI/VI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SULTAN QAIMUDDIN KENDARI

2012



DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belak

B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Ihwal Diksi

B. Ihwal Kalimat

C. Ihwal Paragraf

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ihwal berarti mengenai atau perihal. Sedangkan Diksi adalah gaya kata, yakni pemilihan kata untuk mengemukakan ide. Ihwal Diksi sangat menuntut kecermatan di dalam berbahasa Indonesia. Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan sarana, sikap, dan pikiran. Aspek pikiran dan penalaran yang merupakan aspek yang membedakan bahasa manusian dan makhluk lainnya. Selanjutnya disimpulkan bahwa aspek penalaran bahasa indonesia belum berkembang sepesat aspek kultural. Demikian juga kemampuan berbahasa indonesia serta penulisan

Kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendekskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah.

B. Rumusan Masalah

1. apa yang di maksud dengan diksi?

2. apa yang di maksud dengan perantai-perantai diksi?

3. apa yng di maksud dengan ihwal diksi?

4 . apa yang di maksud dengan kelas kata?



BAB II

PEMBAHASAN

Nama buku : AL-MUNDZIR

Judul Pembahasan : PRASANGKA SOSIAL (Proses pembentukan dan penaganannya

Nama Pengarang :Ros Mayasari

A. IHWAL DIKSI

Ihwal Diksi sangat menuntut kecermatan di dalam berbahasa Indonesia. Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan sarana, sikap, dan pikiran. Aspek pikiran dan penalaran yang merupakan aspek yang membedakan bahasa manusian dan makhluk lainnya. Selanjutnya disimpulkan bahwa aspek penalaran bahasa indonesia belum berkembang sepesat aspek kultural. Demikian juga kemampuan berbahasa indonesia serta penulisan dalam artikulasi pembicaraan kata-kata sangatlah kurang dan kadang ada kata-kata yang disalurkan tidak sesuai dengan apa yang dibahasnya, sehingga membuat pembaca kurang memahami dan bingung apa yang dimaksudkan. Hal ini disebabkan oleh ketidakcermatan dan tidak teliti dalam menggunakan bahasa indonesia, baik itu secara tulisan maupun lisan. Hal juga di karenakan proses pendidikan yang kurang memperhatikan aspek penalaran dalam pengajaran bahasa.

1. Pengertian Ihwal Diksi

Ihwal berarti mengenai atau perihal. Sedangkan Diksi adalah gaya kata, yakni pemilihan kata untuk mengemukakan ide.

2. Peranti-peranti Diksi

a. Peranti keumuman dan kekhususan kata

Kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendekskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah.

Dengan pemakaian bentuk-bentuk kebahasaan umum, pematahan argumen cenderung lebih sulit dilakukan. Lebih lanjut, dapat dipahami bahwa kata-kata umum ialah kata-kata yang lebih luas ruang lingkupnya. Pemakaian kata-kata umum bertentangan dengan prinsip akurasi. Akurasi berarti ketelitian dan ketepatan secara spesifik, sesuatu yang khas, yang sekaligus membedakan dirinya dari yang lain.

Sebagai kata-kata akhir pemaparan ihwal kata-kata umum, harus ditegaskan bahwa bentuk kebahasaan demikian ini tetap dapat digunakan tetapi harus dalam konteks pemakaian yang tepat. Tidak semua peristiwa kebahasaan dapat dinyatakan dengan kata-kata umum tetapi banyak pula maksud-maksud kebahasaan dan komunikasi yang harus memerantikan kata-kata umum itu. Sebagai imbangan kata-kata umum adalah kata-kata khusus.

Dalam banyak hal, kata-kata khusus memang merupakan kebalikan dari kata-kata umum. Kata-kata khusus cenderung digunakan dalam konteks terbatas, dalam kepentingan-kepentingan yang perlu pemerincian, dan perlu ketepatan dan keakuran konsep. Maka, lazim pula dipahami bahwa kata-kata khusus adalah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya, terbatas konteks pemakaiannya.

b. Peranti Kesenyawaan Kata

Bentuk idiomatis atau bentuk bersenyawa, sesuai dengan namanya, tidak dapat dipisahkan begitu saja oleh siapa pun juga. Dikatakan sebagai bentuk senyawa karena bentuk demikian itu sudah sangat erat hubungan antara satu dengan yang lainnya. Jadi, di dalam konstruksi idiomatis, kata yang satu dan kata yang lainnya itu berhubungan erat, lekat, dan tidak dapat dipisahkan oleh alasan apa pun juga.

Bahasa jurnalistik selalu salah dalam menempatkan bentuk-bentuk idiomatis demikian ini karena selalu didalihkan pada persoalan ruang atau spasi. Mereka cenderung beranggapan bahwa bentuk idiomatis itu cenderung berlebihan, dan karena berlebihan pengurangan-pengurangan kebahasaan itu harus dilakukan.

c. Peranti Kebakuan dan Ketidakbakuan kata

Diksi dan pemilihan kata juga mengajarkan kepada kita untuk selalu cermat dengan bentuk-bentuk kebahasaan. Pembakuan bahasa demikian itu pada gilirannya akan menjadikan bahasa Indonesia semakin bermartabat. Bahasa yang bermartabat lazimnya akan banyak digunakan oleh masyarakat, baik masyarakat dalam pengertian domestik maupun masyarakat dalam pengertian internasional.

d. Peranti Kata Konkret dan Abstrak

Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata abstrak. Kata-kata konkret akan dapat lebih efektif jika dipakai dalam deskripsi sebab kata-kata demikian itu akan dapat merangsang pancaindra.

e. Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata

Kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian yang lebih baik.

f. Peranti Kelugasan Kata

Diksi juga mengajarkan kita ihwal kata-kata lugas, apa adanya. Ada juga yang menyebut bahwa kata-kata lugas itu tembak langsung (to the point), tegas, lurus, apa adanya, kata-kata yang besahaja.kata-kata uang lugas adalah kata-kata yang sekaligus juga ringkas, tidak merupakan frasa panjang, tidak mendayung-dayung, dan berbelit-belit.

g. Peranti Penyempitan dan Peluasan Makna Kata

Dalam rangka diksi atau pemilihan kata pula, para mahasiswa harus memahami masalah penyempitan makna kata-kata dalam sebuah bahasa. Bahasa yang hidup itu selalu berkembang .

h. Peranti Keaktifan dan Kefasihan Kata

Dalam kerangka diksi atau pemilihan kata, yang dimaksudkan dengan kata-kata aktif bukanlah kata-kata yang berawalan ‘me-’ dan tidak berawalan ‘di-‘. Adapun yang dimaksud dengan kata-kata aktif itu adalah kata-kata yang banyak digunakan oleh tokoh masyarakat.

i. Peranti Ameliorasi dan Peyorasi

Diksi juga mengajarkan kepada kita ihwal ‘peyorasi’ dan ‘ameliorasi’. Adapun yang dimaksud dengan ameliorasi adalah proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru dianggap dan dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan yang lama.

i. Peranti Kesenyawaan Kata

Bentuk idiomatis atau bentuk bersenyawa, sesuai dengan namanya, tidak dapat di pisahkan begitu saja oleh siapapun juga. Dikatakan sebagai bentuk senyawa karena bentuk demikian itu sudah sangat erat hubungan antara satu dengan yang lainnya.

j. Peranti Kebakuan Ketidakbakuan

Diksi dan pemilihan kata juga mengajarkan kepada kita untuk selalu cermat dengan bentuk-bentuk yang baku dan yang tidak baku.

· Kesalahan Diksi

1. Prasangka disertai oleh emosionalitas

( Prasangka disertai dengan emosional)

2. Sebelum ia mempunyai kesempatan bergaul

(Sebelum dia mempunyai kesempatan bergaul )

3. Sebagai orang dari kelompok itu

(Sebagian orang dari kelompok itu )

4. Prasangka merupakan salah satu bentuk sikap juga tidak dibawa sejak kecil

(Prasangka merupakan salah satu bentuk yang tidak dibawa sejak kecils

5. Prasangka itu dipelajari dibentuk

( Prasangka it dipelajari dan dibentuk)

6. Anak-anak kecil tidak mempunyai sikap,tetapi ia memperolehya pertama-tama melalui orang tua

(Anak-anak kecil tidak mempunyai sikap,tetapi dia memperolehya pertama-tama melalui orang tua)


B. IHWAL KALIMAT

Dalam study linguistik atau ilmu bahasa, perbincangan ihwal kalimat lazimnya tidak langsung dimulai dari kalimat itu sendiri. Alasannya, ilmu tata kalimat bermula dari tataran kata. Kata dalam bahasa Indonesia yang jumlahnya luar biasa banyak itu mustahil dapat dipelajari dengan mudah kalau tidak dikelas-kelaskan terlebih dahulu. Nah hasil dari pengelaskataan atau pengelompokan kata-kata itulah yang kemudian lazim disebut dengan kelas kata.

1. Kelas Kata

a. Verba

Verba atau kata kerja lazimnya dapat diidentifikasi dengan menggunakan tiga macam cara. Pertama, dengan mencermati bentuk morfologisnya. Kedua, dengan mencermati sintaksinya. Ketiga, dengan mencermati perilaku semantisnya. Secara umum, sebagai peranti untuk mengidentifikasi pula, verba atau kata kerja itu dapat didampingi kata ‘tidak’ untuk menjadikannya negatif.

b. Nomina

Nomina disebut juga kata benda. Dari dimensi bentuknya, nomina dapat dibedakan menjadi dua, yakni nomina dasar dan nomina bentukan atau turunan. Disebut sebagai nomina dasar karena nomina itu menjadi dasar untuk kata bentukan yang berikutnya. Jadi, nomina dasar adalah nomina yang belum mendapatkan imbuhan apa pun. Sebagai contoh, kita ambil saja kata ‘buku’, ‘meja’, ‘rumah’.

c. Adjektiva

Adjektiva lazim disebut juga kata sifat. Dari dimensi wujud atau bentuknya dapat dikenali adjektiva dasar, seperti ‘cantik’, ‘adil’. Demikian pula ada adjektiva yang sifatnya jadian atau turunan, misalnya ‘alamiah’, ‘gerejawi’, ‘surgawi’.

d. Pronomina

Pronomina disebut juga kata ganti. Dikatakan sebagai kata ganti karena sesungguhnya pronomina itu berfungsi menggatikan nomina yang menjadi antesedennya. Dengan pemakaian pronomina di dalam kalimat, pengulangan nomina akan dapat dihindari. Dari sisi bentuknya, nomina dapat dibedakan menjadi (1) nomina persona, (2) nomina penunjuk, dan (3) nomina penanya. Nomina persona dapat menunjuk pada orang, baik dalam hitungan tunggal maupun jamak. Maka, kemudian ada pronomina persona tunggal dan pronomina persona jamak. Pronomina persona tunggal dapat mencakup ‘saya’, ‘aku’, ‘daku’, dan ‘-ku’. Pronomina persona jamak adalah ‘kami’ dan ‘kamu’, ‘kalian’, ‘mereka’, dan ‘kita’.

e. Numeralia

Numeralia sering disebut juga kata bilangan. Kata itu digunakan untuk menghitung jumlah orang, binatang, barang, dan juga sebuah konsep. Bentuk seperti ‘lima hari’ dan ‘beberapa’. Dalam bahasa Indonesia dibedakan dua macam numeralia, yakni numeralia pokok dan numeralia tingkat. Numeralia pokok digunakan untuk menjawab pertanyaan ‘berapa’, sedangkan numeralia tingkat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang keberapa’. Sebutan lain untuk numeralia pokok adalah numeralia kardinal, sedangkan sebutan lain untuk nomina tingkat adalah numeralia ordinal.

f. Adverbia

Adverbia sering disebut pula kata keterangan. Dapat dikatakan sebagai kata keterangan karena kata itu memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau pada kalimat secara keseluruhan. Dapat pula sebuah kata adverbia menjelaskan adverbia lain yang ada pada kalimat itu.

g. Introgativa

Selanjutnya, introgativa adalah kata yang berfungsi untuk meminta informasi tertentu kepada orang lain. Dengan perkataan lain, introgativa adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu. Introgativa dalam bahasa Indoesia itu mencakup, misalnya ‘saja’, ‘apa’, ‘siapa’, ‘berapa’, ‘mana’, ‘yang mana’, ‘mengapa’, dan ‘kapan’.

h. Demonstrativa

Demonstrativa adalah kata yang dapat difungsikan untuk menujukkan sesuatu yang berada di dalam atau di luar sebuah teks atau wacana. Sesuatu yang disebut baik di luar maupun di dalam dapat mencakup ‘ini’, ‘itu’, ‘sana’, ‘situ’, ‘berikut’, ‘begitu’.

i. Artikula

Artikula di dalam bahasa Indonesia sangat terbatas jumlahnya. Relatif tidak ada persoalan dengan pemakaian artikula dalam teks atau wacana. Partikel yang lazim ditemukan dan digunakan itu di antaranya adalah ‘si’, ‘sang’, ‘para’, ‘sri’. Fungsi artikula adalah untuk membatasi makna nomina.

j. Preposisi

Preposisi atau kata depan lazimnya hadir di depan kata lain di dalam kalimat. Lazimnya, preposisi itu berada di depan nomina, adjektiva, dan adverbia.

Bentuk seperti ‘di’, ‘ke’, ‘dari’, ‘pada’, dan ‘demi’ tergolong preposisi atau kata depan yang sifatnya dasar, sedangkan bentuk seperti ‘di antara’, ‘di samping’, ‘dari luar’, ‘ke dalam’, ‘di dalam’, ‘di atas’, ‘di bawah’, semuanya tergolong preposisi yang sifatnya sudah merupakan turuanan.

k. Konjungsi

Konjungsi atau kata penghubung berfungsi untuk menghubung entitas-entitas kebahasaan di dalam sebuah kalimat. Konjungsi juga dapat digunakan untuk menghubungkan entitas-entitas kebahasaan yang ada pada kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.

l. Interjeksi

Interjeksi sering pula disebut kata seru. Kata ini bertugas mengungkapkan rasa hati seseorang. Interjeksi tidak memiliki hubungan dengan unsur lain di dalam kalimat. Juga dengan kalimat yang menyertai kata seru atau interjeksi itu.

m. Kategori Fatis

Bentuk-bentuk fatis di dalam banyak referensi tidak disebutkan sebagai bagian dari kelas kata. Akan tetapi, karena bentuk-bentuk kebahasaan itu banyak digunakan dalam komunikasi, di dalam buku ini kata-kata dalam kategori fatis itu pun ditunjukkan.

2. Frasa

Frasa atau kelompok kata adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dan gabungan kata itu bersifat nonpredikatif.

Macam-macam Frasa yakni :

a. Frasa Nominal

b. Frasa Pronominal

c. Frasa Verbal

d. Frasa Adjektival

e. Frasa Numeral

f. Frasa Introgativa

g. Frasa Demonstrativa

h. Frasa Preposisional

3. Klausa

a. Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan kebahasaan yang merupakan gabungan kelompok kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat.

b. Klausa pada Kalimat Majemuk Setara

Klausa-klausa di dalam kalimat majemuk setara masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.

c. Klausa pada Kalimat Majemuk Bertingkat

Berbeda dengan hubungan antarklausa di dalam kalimat majemuk bertingkat yang sifatnya koordinatif seperti dijelaskan di depan tadi, di dalam kalimat majemuk bertingkat, hubungan antarklausa itu berdifat subordinatif. Maksudnya, klausa yang satu berinduk atau menjadi sub bagi klausa yang lainnya.

4. Kalimat

a. Pengetian Kalimat

Lazimnya, kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan.

b. Unsur-unsur Kalimat

-Subjek

-Predikat

-Objek

-Pelengkap

-Keterangan

c. Struktur kalimat

-Struktur kalimat dasar

-Struktur kalimat majemuk

d. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah tidak boleh dipahami hanya sekedar bangunan kebahasaan yang minimal terdiri dari unsur subjek dan unsur predi

· Kesalahan dalam Kata Dan Kalimat

1. Kesalahan Makna Kata

· Negative (negatif)

· Ia (dia)

· Antarkelompok (antar kelompok)

· Social (sosial)

· Factor (faktor)

· Prsangka (prasangka)

· Sebagaian (sebgian)

· Antargolongan (antar golongan)

· Tenteram (tentram)

Keterangan : Dianggap salah karena memiliki gabungan huruf yang tidak memiliki makna.

2. Kesalahan Kalimat

· Konflik antar kelompok dengan menekankan pada pembahasan pada aspek-aspek proses terjadinya prasangka social, sumber-sumber penyebab munculnya prasangka sosial dan usaha untuk mengatasi prasangka sosial.

· Keyakinan yang membentuk dasar prasangka disertai oleh emosionalitas yang berkisar dari sikap acuh tak acuh yang dingin sampai permusuhan yang hebat.

·

C. IHWAL PARAGRAF

1. Pengertian Paragraf

Paragraf didefinisikan secara bermacam-macam, mulai dari yang sederhana hingga yang cukup rumit dan terperinci.

2. Ide Utama Ihwal Paragraf

a. Kalimat utama di awal paragraf

b. Kalimat utama di akhir paragraf

c. Kalimat utama di dalam paragraf

d. Kalimat utama di awal dan di akhir paragraf

e. Kalimat utama tersirat

3. Kalimat penjelas

a. Kalimat penjelas mayor

b. Kalimat penjelas minor

4. Kalimat penegas

Kehadiran kalimat penegas di dalam sebuah paragraf bersifat tentatif, bersifat mana suka. Bilamana memang dirasa perlu dihadirkan, maka silahkan saja dihadirkan di dalam paragaf anda tersebut.

5. Unsur-unsur pengait paragraf

a. Pengait berupa konjungsi intrakalimat

b. Pengait berupa konjungsi antarkalimat

c. Pengait berupa konjungsi korelatif

d. Pengait berupa preposisi

e. Pengait dengan teknik pengacuan

f. Pengait yang memerantingkan kalimat

6. Prinsip kepaduan bentuk dan makna paragraf

a. Prinsip kesatuan pikiran

b. Prinsip ketuntasan pemaparan

c. Prinsip keruntutan

7. Jenis dan cara pengembangan paragraf

- Jenis paragraf

a. Paragraf pembuka

b. Paragraf pengembangan

c. Paragraf penutup

· Kesalahan Paragraf

- Oleh karena itu sistem selalu mengalami perubahan

( kalimat ini tidak pantas dijadikan sebuah paragraf karena kalimat ini hanya sebagai kalimat penjelas dari paragraf ke dua dalam pembahasan )

- Bagi Coser dan Rosenberg (1976) model fungsionalisme struktural

( kalimat ini harus dijadikan sebagai paragraf baru )

- Struktur birokratis dapat melahirkan tipe kepribadian yang lebih mematuhi peraturan-peraturan tertulis dari pada semangat untuknya peraturan itu ditetapkan

( harus dijadikan paragraf baru)

- Banyak dari apa yang kita sebutkan kejahatan adalah hasil dari anomie

( seharusnya dijadikan paragraf baru )

- sParadikma merton menegaskan bahwa disfungsi

( tidak ada baris baru )

Keterangan :

Bahwa kesalahan yang terdapat dalam jurnal adalah kalimat yang pantas menjadi paragraf baru tapi tidak dijadikan sebagai paragraf dan kalimat yang tidak tepat dijadikan paragraf dijadikan sebagai paragraf.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diksi adalah gaya kata, yakni pemilihan kata untuk mengemukakan ide. . Hal ini disebabkan oleh ketidakcermatan dan tidak teliti dalam menggunakan bahasa indonesia, baik itu secara tulisan maupun lisan. Hal juga di karenakan proses pendidikan yang kurang memperhatikan aspek penalaran dalam pengajaran bahasa.

Pertai-peranti diksi dalah Kata-kata umum yaitu kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendekskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendahKata-kata umum yaitu kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik.

Ihwal Diksi sangat menuntut kecermatan di dalam berbahasa Indonesia. Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan sarana, sikap, dan pikiran. Aspek pikiran dan penalaran yang merupakan aspek yang membedakan bahasa manusian dan makhluk lainnya. Selanjutnya disimpulkan bahwa aspek penalaran bahasa indonesia belum berkembang sepesat aspek kultura

Verba atau kata kerja lazimnya dapat diidentifikasi dengan menggunakan tiga macam cara. Pertama, dengan mencermati bentuk morfologisnya. Kedua,

DAFTAR PUSTAKA

Rakhma, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi . Bandung: Remaja Rosdakrya, 1996:

Sarwono, S.W. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Gerungan, W.A. Psikologi Sosial.Bandung: PT Eresco,1996.